HT MS Aceh Hadiri Penganugerahan Gelar Dr. (HC) Kepada Presiden SBY | (20/9)
Banda Aceh | ms-aceh.go.id
Universitas Syiah Kuala dalam rangka Dies Natalis ke-52, menganugerahkan gelar Dr. (HC) kepada Presiden RI Dr. H. Susilo Bambang Yudoyono pada hari Kamis tanggal 19 September 2013 pukul 20.00 sampai selesai dengan mengambil tempat di Pusat Kegiatan Akademik Prof. Dr. Dayan Dawood, MA Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Hadir Gubernur Aceh dr. H. Zaini Abdullah dan Isteri, Malik Mahmud, Unsur Muspida, Ketua MPU, Alim Ulama, Tokoh Adat dan Undangan lainnya. Mewakili Ketua MS Aceh, hadir salah seorang Hakim Tinggi H. Abd. Hamid Pulungan yang akrab disapa AHP.
Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan mengheningkan cipta. Satu hal yang sangat menarik adalah ketika pembacaan ayat suci al-Qur’an yang dibawakan oleh Dekan Fakultas Pertanian Dr. Agussabti. Ternyata sang Dekan bukan saja seorang ilmuwan tetapi adalah qari yang tidak kalah dengan qari bertaraf nasional. Begitu beliau berdiri dan menuju podium untuk membacakan al-Qur’an, hadirin bertepuk tangan dengan gemuruh yang merasa kagum bahwa Dekan di Unsyiah rupanya seorang qari.
Rektor Unsyiah Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng dalam kata pengantarnya menyebutkan bahwa pemberian gelar Doktor kehormatan kepada SBY adalah untuk yang kedua kalinya setelah yang pertama untuk Dr. H. Mahatir Muhammad, mantan Perdana Menteri Malaysia. Dijelaskannya, bahwa pemberian gelar Doktor kehormatan bidang hukum dan perdamaian kepada SBY tidaklah datang secara tiba-tiba, tetapi setelah melalui proses panjang dan pertimbangan matang yang dilakukan oleh Senat Universitas Syiah Kuala.
Rektor menyebut ketika rakyat Aceh sedang menderita akibat kekerasan konflik yang berkepanjangan sebagai bencana sosial, bencana alam berupa gempa bumi dan tsunami datang melanda dan memporak porandakan Aceh yang menghancurkan segala aspek kehidupan, pada saat itu Presiden SBY melaksanakan program tanggap darurat dan program rehabilitasi dan rekonstruksi untuk mengatasi dampak bencana tersebut. Bukan hanya sampai disitu, SBY mengintensifkan perundingan penyelesaian konflik dengan GAM yang menghasilkan MoU Helsinki dan lahirnya UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. “Tanpa mengecilkan peran dari pihak lain, SBY adalah tokoh sentral yang sangat berjasa dalam upaya mengakhiri konflik Aceh yang berlangsung lebih dari 30 tahun,” kata Rektor yang disambut tepuk tangan hadirin.
Sementara itu, Presiden SBY dalam orasi ilmiyahnya sebagai persyaratan dalam menerima gelar Doktor kehormatan banyak menguraikan tentang proses penyelesaian konflik maupun penangan tanggap darurat pasca gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. Menurut SBY, penyelesaian konflik dengan cara operasi militer di Aceh tidak dapat mengakhiri konflik tapi justru menambah kebencian dan permusuhan. Oleh karena itu cara yang ditempuh SBY adalah dengan diplomasi dan perundingan serta memberikan otonomi yang luas tetapi tetap dalam kerangka NKRI. “Saya tidak ingin melihat tetesan darah terus tertumpah di Aceh ini,” ungkap SBY yang mendapat aplus panjang dari pendengar yang budiman.
Selama SBY menyampaikan orasi ilmiyahnya sering mendapat tepuk tangan dan aplus dari hadirin yang memadati aula pertemuan. Hal ini disebabkan ungkapan dan bahasa serta kalimat-kalimat yang disampaikan SBY sangat menyentuh perasaan dan pikiran. Nampak hadirin menyimak dan mendengarkan orasi SBY dengan tenang dan penuh perhatian seolah-olah tidak bosan mendengar penyampaian Presiden ke 6 ini yang dikenal piawai menyampaikan pokok pikirannya dalam bentuk pidato.
Setelah SBY selesai menyampaikan orasi ilmiyahnya yang berdurasi lebih kurang satu jam, lalu Rektor Unsyiah menganugerahkan delar Doktor kehormatan kepada SBY yang ditandai dengan penyerahan Ijazah. Acara ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh seorang doktor dari Unsyiah.
(AHP)