msaceh

Berita

Berita (1171)

Ceramah Jum'at | (15/4)

Banda Aceh | ms-aceh.go.id

Sebagaimana biasanya, pada setiap hari Jum’at ba’da shalat Ashar dilaksanakan ceramah agama yang bertempat di mushalla Mahkamah Syar’iyah Aceh. Kegiatan ceramah tersebut dihadiri oleh Ketua, Wakil Ketua, Hakim Tinggi,  pejabat struktural dan fungsional serta pegawai lainnya.

Yang tampil sebagai penceramah pada hari Jum’at tanggal 12 April 2013 adalah Drs. H. Marluddin A. Jalil mantan Hakim Tinggi PTA Banten. Beliau sebelumnya adalah Hakim Tinggi Mahkamah Syar’iyah Aceh lalu mutasi pindah ke PTA Banten dan pensiun pada bulan Maret 2013 yang lalu

“Saya datang ke MS Aceh ini untuk nostalgia dan silaturrahmi dengan Bapak dan Ibu semuanya,” kata H. Marluddin mengawali ceramahnya.

H. Marluddin dalam ceramahnya  menyampaikan agar manusia selalu istiqamah dalam beribadah. Biarpun sedikit amal ibadah yang dilakukan tetapi selalu istiqamah dan konsisten melaksanakannya lebih baik dari pada amal ibadah yang banyak tetapi dilakukan ketika teringat saja.

Ustadz yang awet muda ini mengutip pertanyaan salah seorang sahabat kepada Rasulullah  Saw. Ya Rasulallah, sampaikan kepada saya dan saya tidak bertanyak lagi kepada orang lain. Rasulullah menjawab, bertaqwalah kepada Allah dan selalu istiqamah.

“Jawaban Rasulullah itu pendek tapi dalam maknanya,” tandas H. Marluddin menjelaskan.

Lebih lanjut dijelaskan oleh H. Marluddin bahwa kita terkadang lebih percaya kepada manusia dari pada percaya kepada Allah. Misalnya ketika seseorang sedang sakit. “Orang sakit akan percaya 100% kepada dokter, apapun kata dokter akan dituruti. Apakah iman kepada Allah sudah seperti itu,” kata H. Marluddin dengan nada bertanya.

Ustadz mencontohkan bahwa orang yang selalu melaksanakan shalat Dhuha  akan lapang rezekinya. Orang yang selalu bersilaturrahmi akan panjang umurnya. Tetapi masih banyak yang tidak melaksanakannya, karena kurang percaya dengan ajaran tersebut.

Ustadz mengajak jamaah mencontoh sikap petani yang selalu istiqamah dalam pekerjaannya. Kalaupun pada musin tanam ini petani gagal panen karena ada serangan hama atau karena sebab lain, petani akan tetap bercocok tanam pada musim tanam berikutnya. “Mari kita contoh sikap petani yang selalu istiqamah dalam pekerjaannya,” kata H. Marluddin mentamsilkan.

Disisi lain, Ustadz mengingatkan jamaah agar istiqamah dengan rasa takut akan siksa dan azab dari Allah Swt. Terhadap semua pekerjaan yang dilarang oleh Allah akan mendapatkan sisa dan azab yang pedih. Ustadz mencontohkan, bahwa manusia selalu istiqamah akan takut terhadap sengatan listrik karena berbahaya dan mengancam jiwa.  Semestinya manusia harus istiqamah dan selalu takut siksa Allah, oleh karenanya manusia selalu istiqamah menjauhi larangan Allah.

“Kita harus istiqamah merasa takut akan siksa Allah, oleh karena itu jangan kita lakukan apa saja yang dilarang oleh Allah,” tutur H. Marluddin mengingatkan.

Ceramah agama yang berdurasi lebih kurang 20 menit tersebut sangat berkesan bagi jamaah, disamping mendapat bimbingan rohani sekaligus dapat bertatap muka dengan Ustadz yang selama bertugas pada MS Aceh selalu gembira dan ceria dengan sesama pegawai.

“Saya teringat kembali ketika Pak H. Marluddin masih bertugas disini, beliau ini orangnya gembira dan tidak membeda-bedakan orang, dengan siapa saja beliau mau berteman,” kata Hasanuddin Abbas mengenang saat H. Marluddin menjadi Hakim Tinggi pada MS Aceh.

(AHP)

Read more...

Comment

ceramah agama setelah shalat Zuhur di mushalla Mahkamah Syar’iyah Aceh | (09/08)

Banda Aceh | ms-aceh.go.id

Memasuki hari kesembilan belas pelaksanaan ibadah puasa pada bulan suci Ramadhan 1433 H, kegiatan ceramah agama setelah shalat Zuhur di mushalla Mahkamah Syar’iyah Aceh menampilkan penceramah Drs. H. Abdul Muin A. Kadir, SHyang sehari-harinya adalah Hakim Tinggi. Ustadz kita ini menyampaikan dalam ceramahnya bahwa nanti di akhirat manusia terbagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu manusia yang tidak gentar menghadapi berbagai siksaan dari Allah seperti neraka, mizan dan lain sebagainya, bahkan ingin segera menemui Tuhannya dan manusia yang akan mendapat siksaan dari Tuhan dan mereka tidak diperhatikan oleh Allah.

Menurut H. Abdul Muin, orang yang tidak takut dan tidak gentar menghadapi Tuhan adalah orang yang datang menemui Tuhannya dengan  berbagai amal ibadah yang dilaksanakannya selama hidup di dunia. Sedangkan orang yang akan mendapat siksa dan tidak ada yang memperhatikan kepedihan siksa yang mereka hadapi adalah orang yang penuh dosa dan maksiat selama hidup di dunia. “Beruntunglah orang yang beriman dan selama hidupnya di dunia ini dia selalu beramal saleh, mereka tidak takut dan tidak gentar terhadap berbagai azab bahkan mereka ingin segera menemui Tuhannya. Dan merugilah orang yang selama hidupnya di dunia ini penuh dengan dosa dan maksiat karena mereka akan menghadapi siksaan yang sangat pedih dan tidak diperhatikan oleh Allah”, kata H. Abdul Muin yang aktif berbahasa Inggris.

H. Abdul Muin yang baru bertugas di Mahkamah Syar’iyah Aceh sejak 1 Agustus 2012 dan sebelumnya adalah Hakim Tinggi pada PTA Medan menjelaskan bahwa kehidupan manusia di dunia ini ada 4 (empat) golongan, yaitu :

Pertama, orang yang mendapat nikmat, misalnya banyak harta, menduduki jabatan yang empuk, mempunyai anak dan lain lain dan  dia taat kepada Allah, baik hablum minallah, maupun hablum minannas. Nikmat yang diberikan Allah kepadanya dipergunakannya untuk taqarrub ilallah, jabatan yang diperolehnya dilaksanakannya dengan amanah dan anak-anaknya menjadi anak yang saleh.

Kedua, orang yang tidak mendapatkan nikmat, hidupnya serba susah tetapi dia taat kepada Allah. Kemiskinan dan kesusahan hidup dia hadapi dengan tabah dan sabar serta tawakkal kepada Allah serta selalu berusaha keras untuk memperbaiki kehidupannya ke arah yang lebih baik. Di tengah serba susah dan sulit yang menjadi bagian kehidupannya sehari-hari, dia tidak lupa melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim, dia taat kepada Allah, dia menjaga hablum minallah dan hablum minannas.

Ketiga, orang yang mendapat nikmat, baik berupa jabatan, harta yang banyak, pendidikan yang tinggi, semua anaknya sarjana dan lain-lain, tapi dia maksiat kepada Allah. Nikmat yang diberikan Allah kepadanya tidak pernah disyukurinya bahkan membuat dia semakin jauh dari Allah. Dia hidup dalam kemewahan dan tidak pernah berbagi kepada orang lain.

Keempat, orang yang hidupnya melarat, serba susah, dan dia maksiat kepada Allah. Kemiskinan yang selalu menghimpitnya justru membuatnya semakin jauh dari Allah.

Ustadz H. Abdul Muin menjelaskan, bahwa dua golongan yang pertama tidak ada rasa takut dan gentar berjumpa dengan Allah. “Orang yang selalu taat kepada Allah, baik hidupnya mendapat nikmat maupun hidupnya melarat akan mendapat ridha dari Allah dan dia akan selamat dari segala macam siksa di akhirat”, ujar Ustadz yang murah senyum ini.

Bagi mereka yang tidak taat kepada Allah akan mendapatkan siksa yang sangat pedih. “Dua golongan yang terakhir, yaitu tidak taat kepada Allah, baik hidupnya mendapat nikmat maupun hidupnya melarat akan masuk neraka dan Allah tidak akan perduli terhadap siksa yang mereka terima”, kata H. Abdul Muin. Lalu beliu bertanya kepada jamaah, “dimana posisi kita, apakah termasuk yang taat kepada Allah atau yang selalu berbuat dosa”, tanya Ustadz yang dijawabnya sendiri, hal tersebut terpulang kepada kita masing-masing dan Ustadzpun menutup tausiyahnya.

(H. Abd. Hamid Pulungan)

Read more...

Comment

Ceramah Agama pada MS Aceh : Pertahankan Iman sampai akhir hayat | (23/4)

Banda Aceh | ms-aceh.go.id

Sebagaimana biasanya, pada setiap hari Jum’at ba’da shalat Ashar dilaksanakan ceramah agama yang bertempat di mushalla Mahkamah Syar’iyah Aceh. Kegiatan ceramah tersebut dihadiri oleh Ketua, Wakil Ketua, Hakim Tinggi,  pejabat struktural dan fungsional serta pegawai lainnya.

Yang tampil sebagai penceramah pada hari Jum’at tanggal 19 April 2013 adalah Ustadz Muhammad Zaidi. Dalam ceramahnya, Ustadz kita ini menyampaikan tentang iman. Ustadz menjelaskan bahwa iman seseorang dapat bertambah dan dapat berkurang, bahkan dapat habis sama sekali alias menjadi orang yang tidak beriman.

“Iman harus selalu dipelihara dan dijaga serta dipupuk agar iman selalu bertambah,” kata Ustadz mengingatkan.

Dalam uraiannya, Ustadz mengatakan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan bukanlah pada harta, rumah dan jabatan, tetapi bahagia itu tergantung iman. Orang beriman akan selalu bahagia apabila ia dapat beribadah kepada Allah sebagai wujud dari iman yang ada dalam hatinya. Raja sekalipun belum tentu bahagia apabila ia tidak beriman, oleh karena ia akan selalu berusaha menambah kekuasaannya tanpa batas.

Sebaliknya, rakyat jelata miskin dan papa akan merasa bahagia karena iman yang bersemi dalam hatinya. Ia bersyukur atas anugerah dan rezeki yang diberikan Allah kepadanya seberapapun jumlahnya.

“Apabila ada iman dalam hati kita, maka hidup ini akan terasa bahagia, hidup terasa  tenteram dan selalu bersyukur kepada Allah,” tandas Ustadz.

Dalam paparannya, Ustadz mengingatkan agar selama hidup ini harus memelihara iman. Mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, mulai lahir sampai meninggal, iman tetap terpelihara.

Seorang anak yang baru lahir supaya diazankan di telinganya  sekalipun anak tersebut tidak faham dan tidak mengerti makna dan arti azan tersebut. Azan tersebut dimaksudkan sebagai pengenalan iman kepada Allah, sebab iman itu dari ayunan sampai liang lahat.

Untuk menjaga iman agar tetap terjaga dengan baik, maka harus diperbanyak tahlil, bahkan ada yang berpendapat bahwa orang yang sudah meninggalpun tetap dibacakan tahlil dengan cara talqin.

Ustadz menceritakan pengalaman Umar RA ketika melakukan ronda tengah malam dan menemukan satu rumah buruk yang dihuni oleh seorang Ibu dan seorang anak perempuan. Ibu dan anak tersebut berprofesi sebagai penjual susu segar.

Ibu meminta anaknya untuk mencampur susu yang akan dijual dengan air agar keuntungan berlipat ganda, tapi anak menolak dengan alasan perbuatan tersebut adalah dosa. 

Lalu Ibu menjelaskan bahwa perbuatan mereka tidak ada yang mengetahui dan tetap meminta anaknya mencampur susu dengan air. Anaknya menjawab, memang betul perbuatan kita tidak ada yang mengetahui, tapi bagaimana dengan Allah, kata anak dengan nada bertanyak.

Mendengar pembicaraan antara Ibu dan anak tersebut, Umar merasa kagum dan memuji keimanan seorang anak yang mempertahankan prinsifnya untuk tetap menjaga iman agar tidak tergoda dengan hal-hal yang bersifat duniawi.

Dalam akhir cerita Ustadz, anak Umar menikah dengan anak perempuan tersebut karena tertarik dengan iman sekalipun berasal dari keluarga miskin.

Ustadz menjelaskan bahwa saat sekarang ini umat semakin jauh dari ajaran agama, karena imannya tipis. Oleh karena itu Ustadz mengajak jamaah agar selalu menjaga iman yang diwujudkan dengan imal ibadah. “Mari kita memelihara iman, Insya Allah akhir hayat kita husnul khatimah,”  kata Ustadz  seraya menutup tausiyahnya.     

(AHP)

Read more...

Comment

Subscribe to this RSS feed
lapor.png maklumat_pelayanan.jpg

HUBUNGI KAMI

Mahkamah Syar'iyah Aceh

Jl. T. Nyak Arief, Komplek Keistimewaan Aceh

Telp: 0651-7555976
Fax: 0651-7555977

Email :

ms.aceh@gmail.com

hukum.msaceh@gmail.com

kepegawaianmsaceh@gmail.com

jinayat.msaceh@gmail.com

LOKASI KANTOR