msaceh

Berita

Berita (1238)

HT MS Aceh : Manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah | (25/02)

Banda Aceh | ms-aceh.go.id

Sebagaimana biasanya, pada setiap hari Jum’at ba’da shalat Ashar dilaksanakan ceramah agama yang bertempat di mushalla Mahkamah Syar’iyah Aceh. Kegiatan ceramah tersebut dihadiri oleh Ketua, Wakil Ketua, Hakim Tinggi, Panitera/Sekretaris, pejabat struktural dan fungsional serta pegawai lainnya.

Yang tampil sebagai penceramah pada hari Jum’at tanggal 22 Pebruari 2013 adalah salah seorang Hakim Tinggi, yaitu Drs. Baidhowi HB, SH. Dalam ceramahnya, Ustadz kita ini menyampaikan tentang perjalanan manusia sejak masa kandungan sampai akhir hayatnya. Ustadz membagi 9 (sembilan) episod tahap kehidupan manusia.

Episod pertama, masa kandungan. Pada masa ini adalah proses awal kehidupan manusia. Dalam surat al-Mukminun ayat 12 dan 13 Allah menjelaskan asal manusia. Dan sesungguhnya Kami  telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). “Oleh karena manusia adalah berasal dari tanah yang selalu kita injak-injak, maka sesungguhnya manusia itu tidak wajar bersikap angkuh dan sombong”, kata Ustadz.

Episod kedua, masa balita. Pada masa balita (usia di bawah lima tahun) peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan si anak. Anak akan selalu mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya. “Orang tua harus memberi contoh yang positif kepada anak, misalnya membaca basmalah ketika akan memberi makan”, ujar Ustadz mencontohkan.

Episod ketiga, masa anak-anak. Pada masa anak-anak (usia sekolah) peran guru sangat menentukan. Apapun yang dikatakan guru kepada anak akan selalu dalam ingatannya. Terkadang, anak tidak mau dinasehati orang tuanya apabila hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang disampaikan gurunya. “Ibu guru mengatakan tidak begitu”, kata Ustadz mentamsilkan. Oleh karena itu orang tua harus selektif memilih sekolah untuk anak. Jangan tergoda dengan sekolah yang bermutu tinggi tetapi tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Episod keempat, masa remaja. Pada masa remaja adalah masa panca roba dan peran lingkungan sangat menentukan bagi perkembangan kepribadian anak. “Usahakanlah lingkungan pada masa remaja steril dari berbagai hal yang negatif”, tegas Ustadz. Menurut Ustadz, apabila seorang anak usia remaja melewatinya dengan baik, maka Insya Allah anak tersebut akan selamat pada masa dewasa dan masa tuanya.

Episod kelima, masa dewasa. Pada masa dewasa atau masa kuliah bagi yang melanjutkan pendidikan, seorang anak akan menentukan kepribadiannya. Pada waktu itu, peran orang tua mulai berkurang, oleh karena anak tidak mau lagi digurui. “Sebaiknya orang tua memberikan kebebasan bagi anak yang sudah dewasa untuk menentukan pilihannya, tetapi tetap dalam pengawasan”, kata Ustadz berpesan.

Episod keenam, masa pengembangan diri. Bagi anak yang sudah berhasil dalam pendidikan, maka ia akan menentukan masa depannya sesuai dengan pilihannya. “Ada yang menjadi pegawai, ada yang menjadi pengusaha dan lain sebagainya”, urai Ustadz.

Episod ketujuh, masa produktif.  Usia produktif adalah antara umur 35 sampai 60 tahun. Pada masa itu seseorang akan berusaha untuk tampil yang terbaik sesuai dengan kemampuannya. “Marilah kita berusaha untuk selalu tampil yang terbaik pada masa produktif ini”, pesan Ustadz kepada jama’ah. Dijelaskan oleh Ustadz, bahwa usia produktif dapat saja sampai usia 70 tahun seperti Hakim Agung. Oleh karena itu usia produktif ini sangat tergantung kepada kemampuan seseorang.

Episod kedelapan, masa manula (manusia usia lanjut).  Apabila manusia sudah usia lanjut, maka kegiatan sudah serba terbatas karena dihalangi dengan berbagai penyakit yang menggerogoti seseorang. “Mari kita perbanyak amal sebelum tiba masa manula”, ajak Ustadz yang berasal dari Lampung ini.

Episod kesembilan, wafat atau kematian. “Pada akhirnya manusia akan wafat dan kembali ke tanah, oleh karena itu jangan ada yang berfikir untuk hidup selama-lamanya”, tegas Ustadz. Ustadz mengajak kepada jamaah agar selama hidup di dunia ini harus diisi dengan amal saleh.  “Mari kita perbanyak amal saleh, karena semua perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah”, ajak Ustadz kepada jamaa’ah sambil menutup tausiyahnya.          

(AHP)

Read more...

Comment

HT MS Aceh : Jadilah Pribadi Yang Bermanfaat | (04/02)

Banda Aceh | ms-aceh.go.id

Sebagaimana biasanya, pada setiap hari Jum’at ba’da shalat Ashar dilaksanakan ceramah agama yang bertempat di mushalla Mahkamah Syar’iyah Aceh. Kegiatan ceramah tersebut dihadiri oleh Ketua, Wakil Ketua, Hakim Tinggi, Panitera/Sekretaris, pejabat struktural dan fungsional serta pegawai lainnya.

Yang tampil sebagai penceramah pada hari Jum’at tanggal 1 Pebruari 2013 adalah salah seorang Hakim Tinggi, yaitu Drs. H. Firdaus HM, SH. MH. Dalam ceramahnya, Ustadz kita ini menyampaikan tentang profil pribadi yang bermanfaat kepada orang lain. Manurut Ustadz, manusia itu dalam kehidupannya sehari-hari dituntut supaya ia berguna kepada alam sekelilingnya, baik kepada manusia, hewan maupun alam lainnya. Ustadz mengutip Hadits yang artinya : Sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat kepada orang lain.

“Kita harus berbuat baik, karena pada akhirnya perbuatan baik tersebut akan kembali kepada kita,”  kata Ustadz seraya mengutup surat Al Isra’ ayat 7 yang artinya : Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.

Ustadz menjelaskan, ada 5 (lima) cara menjadi pribadi yang bermanfaat, yaitu Pertama, berbagi dengan sesama. Apabila seseorang mempunyai kemampuan finansial, maka ia harus mengeluarkan zakat 2.5 % dari penghasilannya dan diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya. Jika seseorang memiliki ilmu, maka ajarkanlah ilmu itu kepada orang lain. Jika seseorang memiliki tenaga yang kuat, maka bantulah orang yang lemah. “Ini adalah langkah awal, adanya kemauan untuk bermanfaat kepada orang lain. Dan jangan sekali-kali memanfaatkan orang lain untuk keuntungan pribadi”, tandas Ustadz yang berasal dari Riau ini.

Kedua, apa yang bisa dilakukan, maka lakukanlah. “Apabila kita memiliki kemampuan berbahasa Inggris, maka ajarkanlah kepada orang sebagaimana yang dilakukan oleh Pak Abdul Muin A. Kadir”, ujar H. Firdaus mencontohkan.

Ketiga, membiasakan memberi manfaat sebagai bagian dari gaya hidup. Apabila seseorang telah terbiasa bermanfaat kepada orang lain, maka ia akan berusaha untuk selalu berguna kepada orang lain. “Gaya hidup adalah kebiasaan yang kita lakukan, misalnya memegang HP, tanda terasa kita selalu membawa HP karena sudah merupakan gaya hidup, demikian juga dengan melakukan sesuatu yang berguna kepada orang lain, harus menjadi bagian dari gaya hidup kita”, tandas Pak Ustadz.

Keempat, dengan meningkatkan kemampuan diri. Manusia harus terus berpacu untuk menjadi yang terbaik. Umat Islam dijadikan Tuhan sebagai umat yang terbaik. “Tingkatkan terus kemampuan diri kita, dan dengan kemampuan itu kita berbagi kepada orang lain”, pinta Pak Ustadz.

Kelima, meraih manfaat untuk diri sendiri. Apabila kita memberikan manfaat kepada orang lain, maka pada waktu yang bersamaan ia juga harus mengambil manfaat untuk diri sendiri. “Jangan sampai kita seperti lilin yang hanya mampu memberikan manfaat kepada orang lain dan ia sendiri menjadi hangus dan habis”, tegas Ustadz yang berkumis tebal ini.

Dalam tausiyahnya yang berdurasi lebih kurang lima belas menit tersebut, Ustadz berpesan kepada jamaah agar dalam berbuat kebaikan kepada orang lain jangan sampai mengharapkan imbalan atau balasan apalagi karena riya, yaitu ingin mendapat pujian dan memamerkan amal. “Kita harus beramal dengan ikhlas dan tanpa pamrih”, tegas Ustadz sambil menutup ceramahnya.

(AHP)

Read more...

Comment

HT MS Aceh : Ingat Kebaikan Orang Lain | (11/3)

Banda Aceh | ms-aceh.go.id

Sebagaimana biasanya, pada setiap hari Jum’at ba’da shalat Ashar dilaksanakan ceramah agama yang bertempat di mushalla Mahkamah Syar’iyah Aceh. Kegiatan ceramah tersebut dihadiri oleh Ketua, Wakil Ketua, Hakim Tinggi,  pejabat struktural dan fungsional serta pegawai lainnya.

Yang tampil sebagai penceramah pada hari Jum’at tanggal 8 Maret 2013 adalah salah seorang Hakim Tinggi, yaitu H. Abd. Hamid Pulungan yang juga adalah redaktur IT. Dalam ceramahnya, Ustadz kita ini menyampaikan tentang hubungan antara sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Ustadz, hubungan pribadi-pribadi harus terjalin dengan seimbang dan serasi serta harmonis. Dari hubungan pribadi-pribadi yang harmonis akan lahir masyarakat yang rukun dan damai yang pada akhirnya akan bermuara pada masyarakat yang aman dan kasih sayang. “Alangkah indahnya apabila hubungan pribadi-pribadi terjalin dengan rukun dan damai,” kata Ustadz mengingatkan.

Ustadz menjelaskan lebih lanjut, bahwa agama Islam mengajarkan kedamaian dan hubungan seimbang antara hak dan kewajiban. “Bukankah Rasulullah membawa misi rahmat bagi seluruh alam,” tandas Ustadz. Keunggulan Islam adalah dengan konsep saling hormat menghormati dan hidup berdampingan secara damai.

Ustadz menjelaskan, agar hubungan pribadi-pribadi terjaga dengan baik, maka ada dua hal yang harus diingat dan dua hal lagi yang harus dilupakan.

Adapun dua hal yang harus diingat adalah : pertama, kebaikan orang lain. Kita harus selalu mengingat kebaikan orang lain yang pernah kita terima. Dapat dipastikan bahwa orang lain pernah berjasa dalam kehidupan seseorang, oleh karena manusia pasti butuh bantuan orang lain, atau dengan kata lain manusia tidak dapat hidup hanya dengan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri. “Sekecil apapun kebaikan orang lain harus selalu diingat agar kita dapat berbuat yang sama kepada sesama,” ujar Ustadz mengingatkan.

Hal kedua yang harus selalu diingat adalah kesalahan yang pernah dilakukan. Dalam kehidupan manusia, sudah barang tentu pernah berbuat salah atau khilaf. Tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah, kecuali Nabi dan Rasul yang maksum dari dosa dan salah. “Seseoang harus selalu ingat bahwa ia pernah berbuat salah kepada orang lain, agar tidak diulangi lagi,” kata Ustadz yang berasal dari Medan ini.

Sedangkan dua hal yang harus dilupakan adalah: pertama, kebaikan yang pernah dilakukan. Mungkin saja seseorang pernah membantu atau menolong orang lain, baik berupa materi atau non materi. Kebaikan yang pernah dilakukan terhadap orang lain jangan lagi diingat-ingat, harus dianggap tidak pernah ada. Apabila kebaikan yang dilakukan tetap diingat, dapat saja membuat stres, oleh karena tidak semua orang pandai membalas budi, bahkan terkadang seperti kacang lupa akan kulitnya. “Jangan diingat lagi kebaikan yang pernah kita lakukan supaya kita tidak berharap balas budi,” tutur Ustadz.

Hal kedua yang harus dilupakan adalah kesalahan orang lain. Dalam ajaran Islam, seseorang diminta untuk memaafkan kesalahan orang lain dan hal itu adalah salah satu tanda orang yang bertaqwa. Makna yang paling hakiki memaafkan adalah melupakan kesalahan tersebut. Oleh karena itu apabila seseorang sudah memaafkan kesalahan orang lain, tetapi masih selalu dalam ingatannya, berarti ia belum memaafkannya dengan sepenuh hati. “Ada orang yang mengatakan, sudah saya maafkan kesalahanmu itu, tetapi akan selalu saya ingat,” kata Ustadz mencontohkan sesuatu yang tidak baik.

Apabila dalam kehidupan ini tertanam dengan baik akan dua hal yang dikemukakan di atas, maka akan tercipta kedamaian dan keserasian. Masing-masing saling memberi dan menerima dan tidak ada hasad dan dengki yang menjadi pemicu kebencian. “Marilah kita hidup saling mengerti akan hak dan kewajiban, Insya Allah akan damai dan selamat, karena hakikat Islam adalah kedamaian,” tandas Ustadz seraya menutup tausiyahnya.      

(AHP)

Read more...

Comment

Subscribe to this RSS feed
lapor.png maklumat_pelayanan.jpg

HUBUNGI KAMI

Mahkamah Syar'iyah Aceh

Jl. T. Nyak Arief, Komplek Keistimewaan Aceh

Telp: 0651-7555976
Fax: 0651-7555977

Email :

ms.aceh@gmail.com

hukum.msaceh@gmail.com

kepegawaianmsaceh@gmail.com

jinayat.msaceh@gmail.com

LOKASI KANTOR